kursor

Rainbow Pinwheel Pointer

Jumat, 08 Januari 2016


ANAK RANTAUYANG BERBAKTI PADA KEDUA ORANG TUA

Hidup di negeri rantau memang tak semudah yang dibayangkan. Terpisah dengan keluarga terutamaayah dan emak bukan suatu yang menyenangkan. Namun, tujuan merantau tiada lain dan tiada bukan adalah untuk membuat mereka bahagia demi berbakti kepada keduanya. Apapun tujuannya, entah untuk bekerja atau untuk menuntut ilmu. Semua tak terlepas dari keinginan untuk membahagiakan mereka, terlebih pada saat mereka masih mengirimi uang bulanan kepada anaktercinta. Adakah keinginan mengecewakan mereka di negeri rantau?

Semua orang tua menginginkan agar anak-anak mereka menjadi anak yang sholih dan sholihah serta bermanfaat bagi orang-orang disekitarya. Mereka menginginkan sebuah perubahan pada prilaku, tidak lagi menjadi seorang anak kecil yang hanya tahu dengan dunia bermain. Tapi, menjadi seorang yang lebih dewasa dalam bertindak maupun berpikir.
Seseorang dapat dikatakan dewasa, apabila dia mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan yang salah. Tapi, itu semua tak cukup menjadi penilaian seseorang dikatakan dewasa. Dia dewasa ketika mampu menjadikan dirinya teladan bagi orang-orang disekitarnya dengan berbagai akhlak terpuji yang menghiasi pribadi. Salah satu akhlaq terpuji tersebut adalah berbakti kepada orang tua.
Bagi seorang perantau, berbakti kepada orang tua tak semudah seorang yang tinggal bersama kedua orang tuanya. Jika orang yang tinggal bersama kedua orang tuanya, setiap saat dan kapanpun dia mampu berbakti kepada keduanya dengan cara berbuat baik langsung kepada mereka. Namun, bagi para perantau, apakah bisa berbuat baik langsung kepada mereka? Padahal, terpisahkan oleh jarak dan tempat yang berbeda?
Inilah salah satu cara termudah untuk berbakti kepada mereka walaupun di negeri rantau. Cara tersebut yakni dengan selalu menyempatkan diri menghubungi mereka walaupun hanya sebentar. Ditengah-tengah kesibukan anak rantau sekiranya masih mampu meluangkan waktu beberapa menit untuk bisa menghubungi ayah dan emak.
Zaman sekarang teknologi telah mempermudah manusia. Inilah salah satu kebaikan dari teknologi yang bisa dimanfaatkan oleh setiap insan. Dengan menggunakan handphone dimanapun dan kapanpun berada mampu menghubungkan komunikasi diantara dua orang atau lebih tanpa harus bertatap muka.
Hubungilah mereka walaupun hanya dengan sebaris kata lewat pesan singkat. Beritahukan kabar dan tanyakan kabar mereka. Semoga saja kita yang bertanya dan mereka yang menjawab selalu berada dalam lindungan-Nya dan diberikan kesehatan sehingga akan merasakan kebahagiaan kembali pada saat berjumpa.
Alangkah lebih baik lagi, jika kita merelakan sedikit pulsa yang dimiliki untuk menelpon baik ayah atuapun emak. Setidaknya, memberitahukan bahwa kita sedang dalam kondisi sehat dan baik-baik saja. Lewat telpon, kita bisa mendengarkan kembali suara beliau (ayah atau emak) yang sudah mulai menua dimakan oleh perputaran waktu.
Mereka hanya ingin mengetahui keadaan kita ketika berada di rantau orang. Ayah dan emak setiap hari bertanya-tanya, apakah anakku sehat dan baik-baik saja disana?
Dengan menghubungi mereka adalah jawaban yang diharapkan yang terlontar langsung dari anak tercinta. Jawaban dari kegelisahan dan kegundahan mereka terhadap anak yang telah dididik hingga dewasa yang kini berada jauh dari kampung halaman.
Secara tidak langsung hati mereka berkata-kata.
“Nak, hubungilah kami walau sebentar”
Terkadang, kita sebagai anak yang hidup di negeri rantau, terlena dengan berbagai aktivitas. Sehingga,melupakan orang yang dari kejauhan selalu memikirkan dan mendoakan agar senantiasa berada di dalam lindungan dan nuangan-Nya.
Masihkah kita tak mau berbakti kepada mereka? Walaupun raga ini telah terpisahkan oleh lautan dan pulau-pulau. Tak sadarkah selama ini untaian doa-doa terucap di bibir seorang yang sejak kita lahir hingga sekarang tak pernah meminta sepeser pun untuk mengganti biaya yang telah habis mereka gunakan?
Tak ada alasan untuk tetap berbakti kepada keduanya. Begitu besar pengorbanan dan susah payah mereka membesarkan anak yang kini tidak berada di dekat keduanya.
Apalah yang mereka inginkan disisa-sisa umur yang semakin hari semakin mendekati pada ujung dari kehidupan? Akankah kita berbakti setelah mereka tiada?
Getaran suara yang kita berikan lewat sinyal telpon yang ditangkap oleh telinga mereka, itulah yang diinginkan. Mereka ingin tetap mendengar suara kita walaupun tak bisa menatap langsung dengan sang buah hati.
Kita rela pulsa di handphone habis terbuang hanya untuk mengirimkan pesan kepada orang-orang yang tidak berpengaruh penting terhadap kehidupan atau kita pun mampu membuang pulsa beberapa ribu hanya untuk digunakan menelpon sesama teman. Tapi, mengapa kita tak rela menghabiskan pulsa walau hanya dengan mengirimkan pesan singkat kepada kedua orang tua?
Berbakti tak mengenal tempat dan waktu. Dimanapun dan kapanpun selagi diri ini masih mampu menghirup dan menghembuskan nafas maka bakti kepada orang tua tak akan pernah terlepaskan pada diri seorang insan.
Sampai kapanpun seorang anak tak akan mampu membalas secara penuh segala hal yang telah diberikan oleh orang tua kepada dirinya. Setidaknya, lewat berbakti kepada mereka adalah salah satu jalan untuk membalas kebaikan, pengorbanan dan jerih payah yang mereka berikan kepada kita walaupun hanya sebagian kecil.
Hubungilah mereka selagi kita masih bisa menghubungi mereka. Apa yang bisa diperbuat oleh diri ini jika mereka telah pergi untuk selamanya? Tak sadarkah kita selama ini bahwa mereka menantikan kabar dari jauh walau hanya lewat suara atau kata-kata yang tertulis di dalam pesan singkat.


Team futsal IPMKN Pekanbaru

Juara 3 se-kepri






Kamis, 24 Desember 2015

pelabuhan terpanjang di sedanau

                                SEDANAU PULAU “TERAPUNG”

Sedanau merupakan sebuah pulau kecil yang terdapat di Natuna. Sedanau merupakan bagian dari Kecamatan Bunguran Barat sekaligus sebagai ibu kota Kecamatan Bunguran Barat.
Dengan jumlah penduduk sekitar 6.187 jiwa dan 1,065 kepala keluarga dan berbagai suku yang tinggal di Sedanau Namun perbedaan kepercayaan  tersebut bukan menjadikan Sedanau rentan terhadap konflik dan perselisihan antara masarakat. Namun perbedaan itu bahkan dijadikan modal untuk mengembankan Sedanau untuk menjadi yang lebih baik.
Sedanau boleh dikatakan sebagai salah satu pusat perekonomian Natuna. Meskipun dengan pelabuhan yang sangat sederhana, namun perekonomian Natuna bisa berjalan berkat pelabuhan dan proses bongkar muat barang yang berguna  untuk perekonomian Natuna.

Disamping letaknya yang sangat srategis di kabupaten Natuna, Sedanau menyimpan sebuah kisah yang sangat menarik. Tahu kah anda bahwa pembangunan pulau Sedanau sebagian besar dilakukan diatas permukaaan laut, dan terus berkembang pesat hingga sampai saat sekarang ini.
Masyarakat Sedanau mempunyai sebuah kebiasaan yang sangat unik yaitu mendirikan rumah-rumah dan bangunan mereka di atas permukaan laut. Hal itu mereka lakukan dengan cara memberikan tiang sebagai penyagga bangunan mereka.

Boleh disebutkan lebih dari 2,5 KM dari bibir pantai Jalan beton dan bangunan-banguna terus dibangun dan semakin padat. Dan bahkan perekonomian Pulau Sedanau juga di pusatkan di atas permukaan laut.
Bahkan sekarang pemerintah Provinsi Kepri memberikan anggaran secara bertahap untuk pembanguna jalan beton diatas permukaan laut kurang lebih sepanjang  1 KM dengan lebar sekitar 9 Meter.  Jalan tersebut membentang lurus ke laut dan kemudian menyusuri permukaan pantai Pulau Sedanau untuk kemudian di hubungkan kembali ke pulau Sedanau. 
Proses pembangunan jalan tersebut sampai saat sekarang ini terus di kerjakan. Dan jalan di atas permukaan laut ini merupakan yang terpanjang yang ada di Kabupaten Natuna, dan bahkan sangat jarang dijumpai di daerah manapun.

Dan dalam pembangunan jalan beton tersebut, dibagi menjadi dua jalur, dan menurut informasi yang beredar saqlah satunya akan dijadikan sebagai pelabuhan Kapal PELNI yaitu KM.Bukit Raya, yang merupakan transportasi unggulan bagi masyarakat Natuna.
Beberapa kasus atau kejadian yang saya alami sendiri, ketika berjumpa dengan orang-orang yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di pulau Sedenau. Sebuah rasa heran dan tidak percaya terlintas di benak mereka ketika melihat pembangunan Pulau Sedanau yang di pusatkan di atas permukaan laut.
Sedanau akan terus berkembang menjadi sebuah Pulau “Terapung” dan akan menjadi bagian yang sangat penting bagi Kabupaten Natuna.

HHhmm,,, aneh yaa,,. Tapi itulah uniknya Sedanau. Pulau kecil yang menyimpan keindahan.

(Pemandangan "Sunset" di pulau Sedanau di lihat dari Jalan beton yang sedang di bangun)

Rabu, 23 Desember 2015

Asal Mula Nama Pulau Sedanau


  Sedanau adalah salah satu pulau di Kabupaten Natuna. Masyarakatnya terkenal paling makmur karena dengan kekayaan ikannya. Faktor ini juga menjadikan Sedanau ibukota kecamatan bagi Natuna Barat.
Tapi tahukan Anda asal usul penamaan Pulau Sedanau? Terdapat dua versi yang menceritakan asal nama Pulau Sedanau. Pertama, nama Sedanau disematkan pada pulau ini berawal dari keberadaan sebuah danau yang ada di pulau itu. 

Danau ini jadi lalulintas masyarakat yang keluar masuk ke pulau itu. 

Sedangkan versi kedua, Sedanau berasal dari kata Sedu Sedan. Konon ada orang raya yang berkuasa di pulau itu bersama Rama minta bantuan kepada Kerajaan Daik Lingga ketika sering mendapat ancaman dari bajak laut.  Para bajak laut itu berasal dari Suku Moro dan Mindanau Philipina. 

Dalam perjalan menuju Diak, di tengah lautan ia bertemu dengan bajak laut dari Riau yang di pimpin oleh Panglima Hujan.  Orang Kaya Rama pun berunding dengan gerombolan bajak laut itu. Singkat kata, bajak laut asal Riau itupun bersedia memberikan bantuannya kepada warga Sedanau.

Pada saat pertempuran berkecamuk, tiba-tiba Panglima Hujan terkena sabetan pedang pasukan bajak laut dari Moro dan Mindanau. Kemudian sang panglima dilarikan ke sebuah tempat yang diberi nama Tanjung Wilayah di Pulau Sedanau. Namun malang tak dapat ditolak, sang Panglima Hujan pun meninggal ditempat itu juga dan dimakamkan pada tempat yang sama.

Dengan meninggalnya Panglima Hujan, maka para anggota bajak laut dari Riau dan warga setempat pun dilanda rasa sedu sedan yang mendalam. Siang malam mereka berkumpul di tempat tersebut. 

Masa berkabung itulah dikenal dengan masa sedu sedan. Akhirnya suasana berkabung itu diabadikan menjadi nama pulau tempat peristiwa itu berlangsung dengan sebutan Sedanau.
Pulau Sedanau juga dikenal oleh masyarakat Natuna dengan nama Pulau Genting.

Selasa, 10 Maret 2015

Masyarakat Sedanau memiliki kebiasaan unik membangun rumah di
atas laut. Bangunan ini nantinya akan dijadikan aset wisata di Kabupaten Natuna.
Pulau Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, ditetapkan sebagai kota wisata di atas laut. Saat ini, pemerintah tengah menyusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) untuk mewujudkannya.
”Pemerintah sudah melakukan konsultasi publik, Sedanau memiliki ciri khas dan kearifan lokal yang perlu ditata,” ujar Sekretaris Badan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Natuna, Kadarisman, kemarin.
Dengan ditetapkannya Sedanau sebagai kota wisata atas laut, maka pemukiman warga yang berada di atas laut tidak akan digusur. Keberadaan mereka akan tetap dipertahankan sesuai ciri khas kehidupan masyarakat.
”Tidak bisa gusur, tapi akan ditata, nantinya sebagai ikon kota atas laut,” kata Kadarisman dikantornya, Senin (27/10) lalu.
Namun, kata Kadarisman, ke depannya tidak dibenarkan lagi masyarakat mendirikan bangunan di atas laut sekitar wilayah tersebut. Jumlahnya akan dipertahankan. Tujuannya, untuk menjaga keasrian dan mempermudah penataan.
Disinggung seperti apa RDTR yang dibuat? Kadarisman mengatakan, RDTR akan memperhatikan banyak aspek, seperti aspek keamanan, bahaya kebakaran, aspek pengelolaan sampah dan limbah, dan juga aspek infrastruktur penunjang. ”Jika ada warga yang ingin membangun rumah, maka mereka akan kita alihkan ke daerah daratan,” jelasnya.
Karena Sedanau punya potensi wisata. Maka perlu penataan serius, dan mempertahankan pemandangan yang unik.
Sedanau merupakan sebuah pulau kecil yang terdapat di Natuna. Pulau ini berpenduduk sekitar 6.187 jiwa dan 1,065 kepala keluarga (KK).
Pulau ini dihuni berbagai suku di Indonesia dan sebagai salah satu pusat perekonomian Natuna. Masyarakat Sedanau mempunyai kebiasaan yang sangat unik yaitu mendirikan rumah-rumah dan bangunan mereka di atas permukaan laut. Hal itu mereka lakukan dengan cara memberikan tiang sebagai penyangga bangunan mereka.

Rabu, 18 Februari 2015

pulau sedanau

" Sedanau, Natuna, Kepulauan Riau "

Sedanau terkenal dengan tempat wisatanya yaitu Pase Maghos (Pasir Marus), namun bagi saya tak hanya itu tempat wisata di Sedanau, masih banyak tempat-tempat indah yang bisa dijadikan tempat wisata.
Sebuah tempat wisata dengan mendaki Gunung. Saya menyebut ini adalah suatu Wisata Alam, meski ini disebut oleh masyarakat setempat bukanlah suatu tempat wisata alam, tapi menurut saya ini bisa menjadi suatu tempat wisata alam.
Meskipun tempat ini tak seindah seperti Tangkuban Perahu dan Dago Pakar yang ada di Bandung, tempat ini menurut saya memiliki ciri khas tersendiri dengan hamparan lautan biru yang luas. Sedanau sebenarnya banyak gunung-gunung yang memberikan pesona alam yang indah jika kita rajin menelusurinya, mungkin anda orang yang hobi mendaki gunung (pecinta alam) ini dia gunung di Sedanau yang mempunyai keindahan alam yang eksotis yaitu Gunung Kute, Gunung Takong, Gunung Toknen, gunung Kurai, gunung Air Duyuk, gunung Pelawan, dan Gunung Sintu.
Kali ini saya akan mencoba mengajak anda menelusuri gunung yang disebut masyarakat setempat adalah Gunung Toknen. Untuk mencapai gunung ini kira-kira 3 km dari Desa Airbatu. Selama perjalanan anda akan menikmati suasana alam khas pegunungan yang masih alami atau menikmati pemandangan yang alami. Tempat ini tidak menawarkan apapun seperti tracking, outbound, dll, karena tampat ini belum tersentuh oleh modernisasi. Tak mudah memang untuk mencapai tempat ini karena kita harus melewati semak-semak belukar , tapi setelah sampai ke tempat ini, semua rasa lelah anda akan terobati dengan pemandangan yang indah dengan hamparan lautan biru yang menawan,,
pelabuhan sedanau